Misalnya saja rilis data inflasi Indonesia, pidato kepala bank sentral AS Federal Reserve/The Fed Jerome Powell, hingga risalah pertemuan The Fed. Informasi lengkap mengenai sentimen dan pengaruhnya ke pasar keuangan Indonesia diulas di halaman ketiga. Serta beragam agenda emiten dan lembaga di halaman empat.
Pekan lalu dana asing mengalir ke pasar saham Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke level psikologis 7.000. Mengikuti jejak IHSG, rupiah juga mampu menguat sepanjang pekan kemarin terhadap dolar Amerika Serikat. Ini bisa menjadi modal optimisme investor menatap pasar keuangan Indonesia minggu ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada pekan lalu asing melakukan beli bersih senilai Rp499,99 miliar. Jumlah tersebut bertambah Rp166,49 miliar atau naik 50% dari perolehan pekan sebelumnya.
Sebelumnya IHSG sempat ambles hingga posisi 6.726,92 pada 19 Juni 2024, terendah sejak November 2023 atau 7 bulan yang lalu.
Dalam sepekan kemarin nilai tukar rupiah menguat 0,46%. Penguatan ini menghapus catatan buruk mata uang Garuda yang ambruk dalam dua pekan beruntun sebelumnya.
Nilai tukar rupiah sempat ambruk mendekati level Rp 16.500 pada pekan sebelumnya atau terlemah sejak pandemi Covid-19.
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah defisit anggaran yang dikhawatirkan bisa melewati batas ketentuan yakni 3% dari Produk Domestik Burto (PDB) hingga rasio utang yang ditakutkan membengkak ke atas 60% dari PDB.
Menanggapi kekhawatiran investor, pemerintah dan kubu Prabowo menggelar konferensi pers.
Pemerintah dalam hal ini diwakili Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Kubu Prabowo diwakili Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka,Thomas Djiwandono.
Baik pemerintah dan kubu Prabowo Prabowo tidak akan membuat rasio utang APBN pada 2025 melonjak hingga 50%.
"APBN 2024 dijaga defisit di bawah 3% PDB. Ini komitmen yang sama dan sudah kami sampaikan pada Presiden terpilih Prabowo beliau berikan jaminan arahan bahwa dia komitmen terhadap defisit di bawah 3%," papar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Senin (24/6/2024).
Thomas juga menegaskan defisit RAPBN 2025 masih akan jauh di bawah batas aman rasio utang terhadap PDB sesuai Undang-Undang Keuangan Negara.
"Rasio utang terhadap PDB yang pernah mungkin beberapa minggu lalu disebut di atas 50% itu tak mungkin," kata Thomas.
Menanggapi kekhawatiran investor, pemerintah dan kubu Prabowo menggelar konferensi pers. Penjelasan pemerintah berdampak positif bagi pasar saham dan rupiah menguat pelan-pelan.
Serangkaian laporan ekonomi yang akan datang dan kesaksian Kongres dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell dapat membuat obligasi pemerintah AS keluar dari kisaran perdagangan yang sempit.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun, yang bergerak berbanding terbalik dengan harga obligasi, telah meningkat antara 4,20% dan 4,35% sejak pertengahan Juni, karena pasar mencerna data yang menunjukkan perlambatan inflasi dan tanda-tanda melambatnya pertumbuhan ekonomi dalam beberapa indikator. Imbal hasil 10-tahun mencapai 4,33% pada Jumat (28/6/2024).
![US Bond Yield 10Y US Bond Yield 10Y](https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2024/07/01/us-bond-yield-10y.png?w=572) Foto: Refinitiv US Bond Yield 10Y |
Sejauh ini, angka-angka ekonomi tersebut gagal menghilangkan keraguan mengenai seberapa dalam The Fed akan mampu memangkas suku bunganya tahun ini, sehingga menjaga imbal hasil obligasi pemerintah tetap terikat pada kisaran tersebut. Namun data ketenagakerjaan AS minggu depan, diikuti dengan angka inflasi dan kemunculan Powell dapat mengubah pandangan tersebut.
"Pasar telah menerima narasi bahwa kita mungkin melihat penurunan bertahap namun bukan ketakutan terhadap pertumbuhan," kata Garrett Melson, ahli strategi portofolio di Natixis Investment Managers Solutions. "Hal ini akan terus menjaga kita dalam kisaran ini, namun satu hal yang akan mendorongnya lebih rendah adalah peningkatan tingkat pengangguran."
Dikutip dari International, para pedagang mencerna data terbaru dari indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang menunjukkan perlambatan inflasi.
Inflasi pada bulan Mei melambat menjadi tingkat tahunan terendah dalam lebih dari tiga tahun, seperti yang dilaporkan oleh Departemen Perdagangan pada hari Jumat. Core PCE, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang lebih fluktuatif, naik hanya 0,1% bulan lalu dan 2,6% dari tahun sebelumnya.
Kedua estimasi tersebut sesuai dengan perkiraan konsensus Dow Jones. Indeks PCE inti merupakan ukuran inflasi yang lebih disukai oleh bank sentral AS (The Fed). PCE headline, yang mencakup makanan dan energi, datar dalam sebulan dan juga naik 2,6% secara tahunan, juga sesuai dengan ekspektasi.
Statistik inflasi telah dianggap sangat penting oleh peserta pasar karena mereka mencoba menebak kapan Fed akan mulai memangkas suku bunga. Saat ini, para pedagang memperkirakan peluang 59,5% bahwa bank sentral akan menurunkan suku bunga pada pertemuan September menurut alat CME Group FedWatch.
Ketika pemangkasan suku bunga benar-benar terjadi, maka risk asset seperti saham akan menjadi instrumen investasi yang menarik bagi investor untuk mengalokasikan dananya.
Pekan lalu indeks saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (28/6/2024). Indeks S&P 500 turun 0,41% dan Nasdaq Composite bergerak melemah 0,71% ke 17.732,6. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 45,2 poin, atau 0,12% menjadi 39.118,86.
Pasar saham kembali dilirik oleh asing pada Juni setelah sejak April tercatat jual bersih asing. Pada pekan terakhir Juni, tercatat beli bersih asing senilai Rp499,99 miliar. Ini merupakan pekan ketiga secara beruntun terjadi inflow di pasar saham.
Meskipun dana asing belum jor-joran masuk ke pasar saham Indonesia, namun IHSG mampu kembali ke level psikologis 7.000. Tentu saja ini menjadi tanda bahwa kekhawatiran investor asing mereda.
Sementara itu menurut data Bank Indonesia berdasarkan data transaksi 24-27 Juni 2024, asing tercatat beli neto Rp19,69 triliun terdiri dari beli neto Rp8,30 triliun di pasar SBN dan Rp9,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sentimen Penting Hari Ini
Data PMI Manufaktur & Inflasi RI
Investor pada hari ini akan disuguhi rilis data dari dalam negeri yakni PMI manufaktur dan inflasi Indonesia.
PMI Manufaktur Indonesia akan rilis pada pagi hari pukul 07.30 WIB dari S&P Global. Proyeksinya untuk PMI Manufaktur RI periode Juni 2024 akan berada di level 51, tetap di area ekspansif, meskipun cenderung melambat dibandingkan bulan sebelumnya di 52,1.
Selain data manufaktur, dari dalam negeri juga ada data inflasi periode Juni 2024 yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Indeks Harga Konsumen (IHK) diperkirakan kembali naik atau mengalami inflasi pada Juni 2024 setelah mencatat deflasi pada Mei 2024. Kenaikan dipicu oleh biaya sekolah anak dan kenaikan harga cabai.
Konsensus pasar yang dihimpun Indonesia dari 10 institusi memperkirakan inflasi Juni 2024 diperkirakan menembus 0,07% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Inflasi secara tahunan diperkirakan akan melandai menjadi 2,74% (year on year/yoy) pada Juni 2024 dan inflasi inti diproyeksi diperkirakan ada di angka 1,97% yoy. Sebagai catatan, IHK turun atau mencatat deflasi pada Mei 2024 sebesar 0,03% (mtm) dan inflasi secara tahunan sebesar 2,84%.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan inflasi pada Juni salah satunya dipicu oleh harga cabai rawit.
"Beberapa harga komoditas pangan tetap mencatat deflasi seperti beras, bawang merah, daging, dan ayam," tutur Andry, kepada Indonesia.
Secara historis, inflasi Juni biasanya cukup tinggi karena ada persiapan ajaran baru untuk Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Dalam lima tahun terakhir, inflasi pada Juni 2024 mencapai 0,26% (mtm).
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan rata-rata harga cabai rawit merah mencapai Rp 56.107 per kg pada Juni 2024 atau naik 6,8%. Harga beras turun 0,5% pada Juni 2024 menjadi Rp 15.335 per kg.
Sentimen Penting Lainnya Pekan Ini
Update Pasar Tenaga Kerja AS - Pidato Jerome Powell
Pada Selasa (2/7/2024) sentimen banyak datang dari AS, di mana ada rilis data pasar tenaga kerja terkait jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dan jumlah pekerja yang mengundurkan diri sukarela, serta pidatokepala The Fed, Jerome Powell.
Data tenaga kerja JOLTs Job Opening periode Mei 2024 diperkirakan turun menjadi 7,85 juta pekerjaan, dari bulan sebelumnya sebesar 8,05 juta, menurut konsensus trading economic. Sementara untuk JOLTs Job Quit diperkirakan masih bertahan di 3,5 juta pada Mei 2024.
Sejauh ini, kondisi pasar tenaga kerja AS masih cukup ketat, sementara inflasi meskipun melandai tetap belum sesuai dengan target bank sentral.
Kondisi ini kemungkinan besar akan dibahas lebih lanjut pada pidato Jerome Powell yang dilakukan pada hari yang sama, pada acara Diskusi Panel Kebijakan oleh Forum Bank Sentral Eropa (ECB) tentang Perbankan Sentral 2024 di Sintra, Portugal.
Cukup penting diperhatikan bagaimana komentar Powell terhadap kondisi ekonomi global terkini dan prospek kebijakan moneter the Fed mendatang, terutama kini memasuki semester II/2024 sudah semakin dekat dengan pemilu AS.
Neraca Dagang AS - Klaim Pengangguran - Pidato Pejabat The Fed
Kemudian pada Rabu (3/7/2024) ada sejumlah rilis data dari AS dan pidato pejabat the Fed, William.
Rilis data lebih banyak terkait neraca dagang AS untuk periode Juni 2024 yang diperkirakan mengalami pelebaran defisit menjadi US$ 76 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya yang defisit US$ 74,6 miliar.
Bagi Indonesia, AS terbilang menjadi negara partner dagang untuk ekspor terbesar kedua setelah China. Oleh karena itu, ini juga cukup penting diperhatikan.
Berikutnya, masih dari AS akan ada rilis lagi data terkait pasar tenaga kerja, namun kali ini tentang klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 29 Juni lalu. Konsensus pasar memproyeksi klaim pengangguran naik 2000 dari pekan sebelumnya menjadi 235.000.
FOMC Minutes : Penantian Risalah The Fed
Selanjutnya ke hari Kamis (4/7/2024) akan ada FOMC Minutes, ini patut dicermati oleh pelaku pasar lantaran akan ada pengumuman risalah the Fed yang berisi tentang gambaran ekonomi dan kebijakan moneter bank sentral AS ke depan.
Menjelang FOMC Minutes biasanya market juga akan cenderung lebih volatile, lantaran market menghadapi ketidakpastian lagi dari the Fed yang membuat pelaku pasar wait and see.
Sejauh ini, soal suku bunga the Fed, dot plot terkini menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan hanya memperkirakan satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini dan empat kali penurunan pada tahun 2025.
Data Pasar Tenaga Kerja AS Lagi : Non Farm Payroll (NFP) - Tingkat Pengangguran
Berikutnya pada akhir pekan, Jumat (5/7/2024) ada data penting lagi dari AS yang masih terkait dengan pasar tenaga kerja, yakni jumlah pekerjaan tercatat selain pertanian atau Non Farm Payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.
Menurut penghimpun data Trading Economic, NFP diperkirakan bisa turun ke 180.000 pekerjaan periode Juni 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 272.000 pekerjaan. Sementara untuk tingkat pengangguran di periode yang sama diproyeksikan akan bertahan di 4%.
Jika melihat banyaknya data pasar tenaga kerja yang akan rilis di awal pekan bulan Juli ini sesuai dengan ekspektasi, ini akan memberikan harapan pada kebijakan bank sentral AS yang lebih baik terhadap prospek suku bunga. Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja masih lanjut tetap ketat, maka tren higher for longer masih tetap bertahan lama.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data dan agenda penting hari ini:
- PMI Manufaktur Indonesia periode Juni (07:30 WIB)
- Konferensi pers BPS terkait inflasi Juni 2024 hingga tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia semester I-2024 (11.00 WIB)
- Inflasi Indonesia periode Juni (11.45 WIB)
- Wawancara Deputi Kemenko Marves terkait pertekstilan di Indonesia
- "Road to Indonesia Management Summit 2024 putaran kedua dengan topik "Peran Pasar Modal dalam Peningkatan Pertumbuhan Investasi dan Pencapaian Indonesia Maju" (14.00 WIB)
- Upacara dan syukuran Hari Bhayangkara ke-78 (15.30 WIB)
- PMI Manufaktur Amerika Serikat ISM periode Juni (21.00 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten hari ini:
Cum Date Dividen: AMFG, BAYU, CAMP, DOID, GPRA, IDPR, MITI, MKPI, PANS, SMSM, SOSS, SSIA, WGSH
Berikut untuk indikator ekonomi RI :
INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.