shiafrica.com

Badai Belum Berlalu, Ada Kabar Genting dari AS Bisa Tekan Pasar

Newsletter

Badai Belum Berlalu, Ada Kabar Genting dari AS Bisa Tekan Pasar

Robertus Andrianto, Indonesia
03 October 2024 05:59
Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024).
Foto: Pegawai berjalan dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (6/8/2024). ( Indonesia/Muhammad Sabki)
  • Kabar genting dari AS soal ketenagakerjaan menjadi sentimen yang bisa mempengaruhi gerak pasar keuangan RI
  • Akan rilis data klaim pengangguran AS hari ini dan Non Farm Payroll besok
  • Konflik lanjutan Israel dan Iran masih akan terus berlangsung

Jakarta,  Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ambruk di tengah ketidakpastian akibat serangan rudal bertemakan balas dendam oleh Iran kepada Israel.

ndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup kelabu pada akhir perdagangan Rabu (2/10/2024), IHSGtampaknya terbebani oleh sentimen global yang cenderung memburuk.

Hingga akhir perdagangan, IHSG ambles 1,03% ke posisi 7.563,26. IHSG terkoreksi kembali ke level psikologis 7.500 pada sesi I.

Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 14 triliun dengan melibatkan 33 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,5 juta kali. Sebanyak 163 saham terapresiasi, 453 saham terdepresiasi dan 186 saham stagnan.

Hampir seluruh sektor berbalik arah ke zona merah pada hari ini. Hanya sektor bahan baku yang berhasil menghijau pada hari ini yakni naik tipis 0,03%.

Adapun sektor transportasi menjadi yang paling parah koreksinya dan menjadi penekan terbesar IHSG hari ini yakni mencapai 1,95%.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah kembali alami koreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada awal Oktober 2024 di tengah ketidakpastian global setelah Iran kembali menyerang Israel.

Melansir Refinitiv, mata uang Garuda ditutup di angka Rp15.260/US$ pada perdagangan hari ini, Rabu (2/10/2024), melemah 0,43% dari penutupan sebelumnya (1/10/2024).

IHSG dan nilai tukar rupiah ambruk di tengah memburuknya sentimen pasar global hari ini, setelah makin memanasnya kondisi di Timur Tengah.

Ketidakpastian kembali meningkat setelah Iran kembali menyerang Israel. Konflik bersenjata akan menimbulkan kegalauan di pasar dan para investor akan cenderung memilih aset safe haven ketimbang pasar berisiko seperti saham.

Iran melancarkan serangan besar-besaran menggunakan rudal ke Israel pada Selasa kemarin, hanya beberapa jam setelah pejabat Gedung Putih memperingatkan bahwa Teheran "segera" merencanakan serangan.

Beberapa rudal berhasil diintersepsi di langit Yerusalem, namun banyak di antaranya tampak terus melaju ke arah pesisir dan wilayah tengah Israel, disertai suara bom yang meledak di kejauhan.

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan dalam pidato yang disiarkan di televisi bahwa tidak ada laporan cedera di darat saat Iran menembakkan sekitar 200 roket.

Ia menambahkan bahwa tampaknya tidak ada lagi ancaman senjata masuk dari Iran "untuk saat ini" tetapi menambahkan bahwa Israel tetap siap.

Iran telah berjanji akan membalas Israel atas serangkaian serangan terhadap Iran dan milisi yang didukungnya di seluruh Timur Tengah, termasuk Hizbullah.

Pasar saham Dow mencatat sedikit kenaikan pada hari Rabu, didorong oleh data ketenagakerjaan yang lebih kuat, tetapi kenaikannya terbatas oleh ketegangan yang meningkat di Timur Tengah.

Dow Jones Industrial Average naik 39 poin atau 0,1%, sementara indeks S&P 500 tetap datar dan NASDAQ Composite naik 0,1%.

Laporan ADP National Employment, yang dirilis lebih awal pada hari Rabu, menunjukkan bahwa payroll swasta di AS meningkat sebesar 143.000 pada bulan September, lebih tinggi dari perkiraan 103.000, yang menunjukkan kekuatan yang mendasari dalam ekonomi.

Laporan ADP ini dirilis menjelang laporan ketenagakerjaan yang lebih diperhatikan untuk bulan September dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS, yang akan dirilis pada hari Jumat.

Federal Reserve (The Fed) memantau pasar tenaga kerja dengan cermat, dan setelah menegaskan kembali bahwa pelemahan yang tidak terduga akan mendorongnya untuk bertindak. Presiden Fed Richmond, Barkin, mengatakan pada hari Rabu bahwa proyeksi kebijakan The Fed untuk sisa tahun 2024 adalah pemotongan sebesar 50 basis poin. Dengan hanya dua pertemuan tersisa tahun ini, peluangnya masih mengarah pada pemotongan 25 basis poin pada pertemuan November, menurut alat Fed Rate Monitor dari Investing.com.

Ketegangan Timur Tengah Memengaruhi Sentimen Pasar
Namun, indeks utama berada di zona negatif setelah Iran meluncurkan serangan misil ke Israel pada Selasa malam sebagai balasan atas serangan Israel terhadap kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji akan membalas serangan udara Iran, dengan mengatakan dalam pernyataannya bahwa Iran "membuat kesalahan besar" dan "akan membayar harga." Amerika Serikat juga menyatakan akan ada "konsekuensi berat" untuk tindakan Iran, dengan Menteri Pertahanan Lloyd Austin menambahkan bahwa Washington berada dalam posisi yang baik untuk membela kepentingannya di Timur Tengah.

Meskipun situasi ini berpotensi memburuk lebih jauh, UBS memperkirakan bahwa konflik ini tidak akan berkembang menjadi perang total antara Israel dan Iran, termasuk sekutu-sekutu mereka.

Dari Amerika Serikat, akan rilis data klaim awal pengangguran untuk pekan yang berakhir 28 September 2024.

Berdasarkan konsensus Trading Economics, klaim pengangguran diperkirakan akan meningkat menjadi 220.000, naik dari pekan sebelumnya sebesar 218.000

Kemudian dilanjutkan data on-Farm Payrolls AS pada esok hari (4/10/2024). Konsensus berada di angka 142K, menandakan potensi perlambatan di sektor pekerjaan. Tingkat pengangguran yang diproyeksikan stabil di 4.2%, serta pertumbuhan gaji per jam yang diantisipasi melemah, menjadi penentu apakah Federal Reserve akan melunak di pertemuan berikutnya.

Secara keseluruhan, pekan depan dipenuhi oleh data ekonomi penting yang akan memengaruhi sentimen pasar global. Dari pertumbuhan manufaktur di China hingga data tenaga kerja di AS, investor akan fokus pada bagaimana data ini membentuk prospek ekonomi dan kebijakan moneter ke depan.

Sebelumnya, Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga akan berlanjut sampai akhir tahun. Namun, pemangkasan akan dilakukan secara bertahap dan tidak akan mencapai 50 basis points (bps) masing-masing di November dan Desember.

Berbicara konferensi National Association for Business Economics di Nashville, AS, Senin (30/9/2024) waktu AS, Powell mengatakan pemangkasan suku bunga akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan indikator ekonomi. Langkah ini dilakukan untuk mempertahankan ekonomi yang sehat. Suku bunga The Fed saat ini ada di kisaran 4,75-5,00%.

"Kami tidak merasa harus terburu-buru untuk memotong suku bunga dengan cepat. Jika ekonomi melambat lebih dari ekspektasi, maka kami bisa memangkas suku bunga lebih cepat. Jika perlambatannya lebih baik dari ekspektasi maka kami akan memperlambat pemangkasan. Kami melihat pemangkasan ini sebagai proses yang akan berjalan seiring waktu, bukan sesuatu yang harus kami lakukan dengan dengan tergesa-gesa," ujar Powell dalam acara tersebut, dikutip dari International.

Powell menjelaskan jika ekonomi berjalan sesuai ekspektasi, kemungkinan akan ada dua pemotongan suku bunga lagi tahun ini dengan total 50 bps. Artinya, suku bunga kemungkinan akan dipangkas sebesar 25 bps masing-masing pada November dan Desember.

"Itu berarti dua pemangkasan lagi, bukan pemangkasan lebih dari 50 (bps) tetapi ini tentu saja akan tergantung pada data," imbuhnya.

Pernyataan Powell mengecewakan pelaku pasar yang berharap The Fed akan tetap agresif dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan datang dengan memangkas 50 bps.

Perangkat CME FedWatch memperlihatkan sebanyak 47,9% pelaku pasar berekspketasi suku bunga Teh Fed sudah di angka 4,00-4,25% pad Desember mendatang. Artinya, mereka berharap ada pemangkasan sebesar 75 bps.

Sementara itu pasar masih memiliki risiko dari lanjutan konflik antara Iran dan Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Iran akan "membayar mahal" atas serangan misil yang dilancarkan terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024) malam. Di sisi lain, Teheran menegaskan bahwa setiap pembalasan akan disambut dengan "kehancuran besar," meningkatkan kekhawatiran akan pecahnya perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Washington telah menyatakan dukungannya penuh untuk sekutu lama mereka, Israel, sementara Angkatan Bersenjata Iran memperingatkan bahwa intervensi langsung oleh pendukung Israel terhadap Teheran akan memicu "serangan kuat" terhadap "pangkalan dan kepentingan" mereka di wilayah tersebut.

"Iran membuat kesalahan besar malam ini - dan mereka akan membayarnya," kata Netanyahu pada awal pertemuan politik-keamanan, menurut sebuah pernyataan resmi, dilansir Reuters.

Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan balasan atas pembunuhan para pemimpin militan oleh Israel dan agresi Israel terhadap Hizbullah di Lebanon serta Gaza.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Klaim Awal Pengangguran Amerika Serikat

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB): AMAG
  2. Cum Date: AALI

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

 

INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Pages

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat