Investor Siap-Siap Sport Jantung, Pasar Banjir Kabar Genting di 2025
Newsletter
Investor Siap-Siap Sport Jantung, Pasar Banjir Kabar Genting di 2025
Comment
SHAREurl telah tercopy
Robertus Andrianto, Indonesia
02 January 2025 06:00
Foto: Sekelompok siswa-siswi melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, (21/10/2024). ( Indonesia/Muhammad Sabki)
Pasar keuangan Indonesia akan diperdagangkan kembali seiring dengan sejumlah agenda rilis ekonomi makro
IHK diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,47%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan menembus 1,61%
Pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk barang mewah
Jakarta, Indonesia - Pasar keuangan Indonesia akan kembali dibuka esok hari, Kamis (2/1/2025) setelah libur tahun baru. Para pelaku pasar harus pegangan yang erat sebab akan ada sentimen genting yang berpotensi mengguncang pasar pada dua hari perdagangan awal 2025.
Pada hari pertama perdagangan, akan rilis data laju Indeks Harga Konsumen (IHK)atau inflasi dan PMI manufaktur. Kedua indikator makro tersebut erat dengan daya beli masyarakat, sehingga informasi inflasi dan aktivitas manufaktur berpotensi menjadi penggerak pasar.Jangan lupakan reaksi pasar di hari pertama 12%
Ulasan dan proyeksi kedua indikator tersebut akan dimuat di halaman tiga pada newsletter hari ini. Kemudian ada jadwal dan agenda makroekonomi dan emiten di halaman empat.
Para pelaku pasar tentunya memiliki harapan pasar saham dan nilai tukar rupiah kembali bertaji setelah babak belur pada 2024. Pasar saham dan mata uang Garuda menghadapi tahun yang penuh risiko dan volatilitas. Akibatnya banyak investor yang minggat dari pasar keuangan RI dan membuat pasar keuangan mengalami kecenderungan penurunan posisi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks utama pasar saham Indonesia, menutup 2024 dengan kinerja negatif. IHSG ambles 2,65% pada 2024. Kinerja ini merupakan yang terburuk sejak 2020, di mana saat itu ada Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Adapun faktor terbesar yang membuat IHSG melemah pada 2024 adalah keluarnya dana asing di pasar reguler. Sepanjang 2024, di pasar reguler sayangnya asing masih mencatatkan outflow cukup besar yakni mencapai Rp28,72 triliun. Namun di pasar tunai dan negosiasi, jumlahnya cenderung lebih besar yakni mencapai Rp44,7 triliun. Sehingga jika dijumlah, asing mencatatkan inflow sebesar Rp15,98 triliun.
Indeks utama saham tersebut sempat melesat ke level 7.900-an sekaligus mencatatkan rekor posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Pada September 2024, tepatnya di 20 September 2024, IHSG untuk pertama kalinya berhasil menyentuh 7.905,39.
Sayangnya, setelah mencetak rekor harga tertinggi, IHSG malah masuk ke dalam tren bearish akibat ketidakpastian dunia berupa ketegangan geopolitik, pergantian kekuasaan, suku bunga, dan inflasi.
Jelang akhir tahun, dana asing yang keluar dari pasar saham Indonesia. Berdasarkan data RTI, nilai dana asing yang pergi dari Indonesia senilai Rp9 triliun di pasar reguler dan 8,32 triliun di semua pasar sepanjang Desember 2024.
Asing yang 'kabur' dari pasar saham RI menjelang akhir tahun tampaknya disebabkan karena pasar saham luar negeri, terutama di Amerika Serikat (AS) lebih menarik ketimbang di pasar saham RI.
Hal ini terjadi setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS berikutnya.
Secara historis, di periode pemerintahan Trump 2018-2019, kinerja IHSG juga tak sebagus dua tahun sebelumnya yakni 2016 dan 2017. Historis ini seakan cenderung kembali terulang di 2024. Padahal, kondisi saat ini Trump belum resmi menjabat sebagai Presiden AS berikutnya.
Trump berencana membuat kebijakan yang akan menguntungkan warga AS sendiri, membuat pasar keuangan AS kembali semakin menarik. Alhasil, asing di pasar keuangan RI pun bakal kembali melirik pasar keuangan Amerika Serikat (AS).
Kebijakan Trump dikhawatirkan ikut berdampak besar ke Asia, termasuk ke Indonesia, karena biasanya asing akan kembali tertarik ke pasar saham AS ketika kebijakan pemerintahannya lebih ramah bagi masyarakat.
Nasib pasar saham Indonesia yang menutup 2024 di teritori negatif juga dialami oleh rupiah.
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan rupiah menguat hingga 0,62% ke level Rp16,130/US$ pada 31/12/2024). Sepanjang hari, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.115/US$ dan terjauh di posisi Rp16,170/US$.
Dalam perjalannya rupiah sempat mengalami posisi terkuat yakni pada 25 September 2024 di angka Rp15.095/US$. Sementara rupiah juga pernah anjlok hingga menyentuh level terburuknya di tahun ini yakni pada 21 Juni 2024 di angka Rp16.445/US$.
Kondisi pasar saham Amerika Serikat cemerlang sepanjang 2024 karena didorong oleh performa apik dari sektor teknologi.
Pada akhir perdagangan Selasa kemarin (31/12/2024), S&P 500 turun 25,14 poin, atau 0,43%, dan ditutup pada level 5.881,80 poin, sementara Nasdaq Composite turun 175,99 poin, atau 0,90% ke posisi 19.310,79, Sementara, Dow Jones Industrial Average .DJI turun 28,46 poin, atau 0,07%, menjadi 42.545,27.
Indeks Nasdaq menjadi juara dengan melesat 30,79%, disusul indeks S&P 500 dengan lonjakan 24,01%, lalu Dow Jones Average Industrial Index menguat 12,80%. Nasdaq dan S&P 500 menandai kenaikan dua tahun terbaik indeks tersebut sejak 1997-1998.
Foto: Reuters Pergerakan bursa saham Amerika Serikat pada sepanjang 2024
_
Wall Street menutup perdagangan 2024 dengan pergerakan tahunan yang luar biasa berkat efek perkembangan Artificial Intelligence (AI) dan dan pemangkasan suku bunga pertama oleh bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed dalam tiga setengah tahu.
Performa saolid indeks utama saham AS terjadi meskipun terjadi pertikaian geopolitik, pemilihan presiden AS, dan pergeseran spekulasi mengenai arah kebijakan Fed pada 2025.
Mengutip Reuters, Greg Bassuk, kepala eksekutif di AXS Investments di New York mengatakan "Tidak ada reli Sinterklas minggu ini, tetapi investor menerima hadiah berupa keuntungan pada 2024,"
"Pada 2024 merupakan tahun yang luar biasa untuk keuntungan ekuitas yang didorong oleh tiga faktor: ledakan AI, serangkaian pemotongan suku bunga Fed, dan ekonomi AS yang kuat," lanjutnya.
"Hal ini menjadi landasan bagi kekuatan berkelanjutan menuju tahun 2025," imbuh Bassuk.
Memandang 2025, para pelaku pasar sekarang memperkirakan The Fed akan memangkas 50 basis poin. Investor juga diperkirakan akan mencermati valuasi yang tinggi dan ketidakpastian seputar kebijakan pajak dan tarif dari pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump.
"Investor harus berhati-hati terhadap dampak pemerintahan Trump yang akan datang dan bagaimana hal itu memengaruhi sektor-sektor tertentu," tegas Bassuk.
"ketidakstabilan yang didorong oleh geopolitik, khususnya perang Rusia/Ukraina dan pertikaian yang terus berlanjut di Timur Tengah dapat memicu kekhawatiran di perusahaan-perusahaan dan sektor-sektor yang memiliki hubungan dengan wilayah-wilayah yang terkena dampak," tambahnya.
Meski begitu, Bassuk meyakini boom AI masih memiliki ruang untuk tumbuh.
"Valuasi telah menjadi tinggi di tengah kenaikan saham, tetapi karena kami percaya bahwa pertumbuhan AI akan terus berlanjut dan bergerak melampaui perangkat keras ke perangkat lunak secara besar-besaran di sebagian besar sektor," pungkas Bassuk.
Investor akan disuguhi sentimen penting pada sesi peragangan perdana 2025. Ada inflasi dan PMI Manufaktur Indonesia yang merupakan indikator penting ekonomi tanah air.
Konsensus Inflasi Indonesia
Indonesia menghimpun konsensus dari 13 institusi dalam memperkirakan IHK pada periode Desember 2024. Hasilnya, IHK diproyeksi akan naik atau mengalami inflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,47%. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan menembus 1,61%.
Konsensus Indonesia juga memperkirakan inflasi inti pada Desember 2024 akan berada di 2,29% (yoy), merangkak dibandingkan November (2,26%).
Sebagai pembanding, inflasi pada periode November 2024 tercatat 0,30% (mtm) dan secara tahunan mencapai 1,55%. Sehingga, jika inflasi bulanan menembus 0,47% seperti dalam konsensus, itu akan menjadi inflasi (mtm) tertinggi sejak Maret 2024 atau sembilan bulan terakhir.
Indonesia menghitung inflasi Desember (yoy) sebagai inflasi sepanjang tahun. Artinya, inflasi tahunan yang tercatat pada Desember juga menjadi inflasi pada tahun berjalan.
Jika inflasi (yoy) pada Desember 2024 mencapai 1,61% seperti dengan konsensus, inflasi sepanjang 2024 juga hanya akan menyentuh 1,61%. Artinya, angka itu akan menjadi yang terendah dalam sejarah Indonesia.
Sebagai catatan, inflasi terendah yang pernah dicatat BPS adalah pada 2020 yakni 1,68%. Rendahnya inflasi 2024 disebabkan sejumlah faktor mulai dari melemahnya daya beli serta melandainya harga bahan pangan pokok.
Indonesia bahkan mencatat deflasi selama lima bulan beruntun (mtm) pada Mei-September 2024, kondisi terburuk sejak 1999. Panjangnya deflasi bahkan melebihi pada periode awal pandemi 2020, yakni tiga bulan beruntun. Deflasi berkepanjangan menjadi sinyal bahwa daya beli masyarakat melemah.
Salah satu penyebab panjangnya deflasi adalah melandainya harga bahan pangan, terutama beras. Harga beras turun drastis karena normalisasi pasokan setelah terbang pada 2022 dan 2023 karena terganggunya pasokan akibat perang, La Nina dan El Nino.
PMI Manufaktur Indonesia Diramal ke Zona Ekspansi
Pada Kamis (2/1/2025), akan terdapat rilis data PMI Manufaktur Indonesia periode Desember 2024.
Berdasarkan perkiraan Tradingeconomics, PMI Manufaktur Indonesia akan berada di zona ekspansi pada Desember 2024. Jika terjadi, menjadi pertama kali sejak lima bulan beruntun berada di zona kontraksi.
Sebelumnya aktivitas manufaktur Indonesia masih mengalami kontraksi pada November 2024. Kontraksi ini memperpanjang masa koreksi manufaktur RI menjadi lima bulan beruntun.
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Senin (2/12/2024) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,6 pada November 2024. Angka ini lebih baik sedikit dibandingkan Oktober 2024 (49.2).
Akan tetapi, data tersebut juga menunjukkan PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).
Terkoreksinya PMI Indonesia karena terus melemahnya pesanan baru turun untuk bulan kelima berturut-turut, sementara lapangan kerja juga menurun.
Waspada Rupiah Melemah di Awal Tahun
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS di pasar perdagangan pasar non-deliverable forward (NDF) tertekan. Berdasarkan data Refinitiv, pada Rabu (1/1/2025) pukul 16:04 WIB di pasar NDF tampak rupiah terkoreksi diberbagai periode.
Untuk diketahui, NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Para pelaku pasar telah menyesuaikan ekspektasi mereka bahwa bank sentral AS akan mengambil pendekatan yang lambat dan hati-hati terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut pada 2025 karena inflasi tetap berada di atas target tahunan 2% yang ditetapkan oleh Fed.
Analis juga memperkirakan bahwa kebijakan yang akan diperkenalkan oleh presiden terpilih Donald Trump, termasuk deregulasi bisnis, pemotongan pajak, tarif, dan pengetatan terhadap imigrasi ilegal, akan mendorong pertumbuhan dan menambah tekanan harga pada 2025.
PPN 12% untuk Barang Mewah Telah Berlaku
Pemerintah akhirnya mengumumkan penetapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% hanya untuk barang mewah dan untuk barang sehari-hari yang menjadi kebutuhan masyarakat umum dipastikan tidak terdampak PPN 12%.
Kategori barang mewah yang dimaksud tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 15 tahun 2023. Selain dari item-item yang tercantum dalam PMK nomor 15 tahun 2025, PPN yang berlaku tetap 11% mengacu pada penetapan sejak 2021.
Rincian mengenai jenis barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2020 (Perubahan Perpres 71 Taun 2015) tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
Sebagian besar jenis barang Bapokting telah diberikan fasilitas PPN, perlu perluasan fasilitas untuk yang masih terutang PPN.