BI, AS, & Arab Beri Kabar Baik, Saatnya IHSG Pesta
Newsletter
BI, AS, & Arab Beri Kabar Baik, Saatnya IHSG Pesta
Comment
SHAREurl telah tercopy
Robertus Andrianto, Indonesia
16 January 2025 06:00
Foto: Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham saat Pembukaan Perdagangan Tahun di Gedunh Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (2/1/2025). ( Indonesia/Faisal Rahman)
Pasar dibanjiri kabar baik dari Bank Indonesia, Amerika Serikat, hingga perang di Arab
BI mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin
Sementara inflasi inti AS terus berada di jalur penurunan
Israel dan Hamas mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata yang menurunkan tensi geopolitik
Jakarta, Indonesia - Kejutan menyenangkan diberikan oleh Bank Indonesia kemarin (15/1/2024) membuat pasar saham Indonesia kembali bergairah. BI mengumumkan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%.
Penurunan tersebut membuat saham-saham bluechips terbang, terutama saham perbankan yang mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
IHSG ditutup melejit 1,77% ke posisi 7.079,56. Melesatnya IHSG membuatnya makin mendekati level psikologis 7.100 di akhir perdagangan, setelah kemarin merana ke level psikologis 6.900.
Nilai transaksi indeks mencapai sekitar Rp 10,4 triliun dengan melibatkan 18,4 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 330 saham menguat, 264 saham melemah, dan 211 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor keuangan dan properti menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan yakni masing-masing mencapai 3,12% dan 2,63%.
Sejalan dengan sektor keuangan yang menjadi penopang terbesar IHSG, saham-saham perbankan raksasa pun mendominasi penopang IHSG, dengan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi yang paling besar yakni mencapai 42,9 indeks poin.
Selain BBRI, ada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang juga menopang IHSG masing-masing sebesar 36,5, 14,9, dan 9,8 indeks poin.
Tak hanya saham perbankan raksasa, saham PT Astra International Tbk (ASII) dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang juga menjadi penopang IHSG masing-masing mencapai 7,2 dan 3,4 indeks poin.
Akan tetapi, nilai tukar rupiah malah tersungkur. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,34% di angka Rp16.315/US$ pada hari ini, Rabu (15/1/2025). Hal ini berbanding terbalik dengan posisi kemarin (14/1/2025) yang menguat 0,06%.
BI secara mengejutkan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan di awal 2025.
BI menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% pada hari ini. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan ketika BI menurunkan BI Rate, ini sesuai dengan stance atau pandangan bank sentral 'prostability and progrowth'. Ini pun sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menilai keputusan ini sudah sesuai dengan dinamika yang ada.
"Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika yang terjadi di global dan internasional, Dan itu terus kamiterus ulang-ulang dari bulan ke bulan," kata Perry, dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).
Perry pun mengatakan dinamika yang dipantau BI mencakup dinamika global dan dalam negeri. BI, katanya, sudah memperhatikan arah kejelasan kebijakan yang terutama ditempuh pemerintah AS dan Fed Fund Rate (FFR).
BI mencermati bahwa inflasi dalam negeri cukup rendah dan akan tetap rendah ke depannya. Dengan inflasi rendah, maka ruang penurunan suku bunga terbuka ke depannya.
Selain itu, BI yakin nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.
BI melihat ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada tahun ini. Pelemahan ini telah muncul sejak kuartal IV-2024 yang diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan.
Saham-saham melonjak pada Rabu setelah laporan indeks harga konsumen terbaru menunjukkan inflasi inti secara tak terduga melambat pada bulan Desember, dan bank-bank besar AS memulai musim pelaporan pendapatan kuartalan dengan hasil yang memukau.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 703,27 poin, atau 1,65%, dan ditutup di 43.221,55. S&P 500 melonjak 1,83% ke 5.949,91, sementara Nasdaq Composite meroket 2,45% ke 19.511,23. Ini adalah hari terbaik bagi ketiga indeks utama tersebut sejak 6 November.
Indeks harga konsumen bulan Desember menunjukkan inflasi inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 3,2%, menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja pada hari Rabu. Angka ini sedikit turun dibandingkan bulan sebelumnya dan lebih rendah dari perkiraan 3,3% yang diprediksi oleh ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Inflasi utama naik 2,9% secara tahunan, sesuai dengan perkiraan.
"Pasar menghela napas lega karena dua indikator inflasi berturut-turut, PPI kemarin dan CPI pagi ini, keluar sedikit di bawah ekspektasi," kata John Kerschner, kepala produk sekuritisasi AS dan manajer portofolio di Janus Henderson Investors. "Mungkin yang paling penting, angka CPI hari ini menghilangkan kemungkinan kenaikan suku bunga tambahan, yang mulai diperhitungkan secara prematur oleh beberapa pelaku pasar."
Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun turun tajam setelah laporan CPI, terakhir turun sekitar 13 basis poin ke sekitar 4,65%. Saham-saham pertumbuhan seperti Tesla dan Nvidia melonjak masing-masing sekitar 8% dan 3%, seiring penurunan imbal hasil Treasury.
Laporan pendapatan kuartal keempat dimulai dengan positif pada hari Rabu, dengan bank-bank besar secara umum melampaui ekspektasi pasar. Saham JPMorgan Chase naik hampir 2% setelah bank tersebut melaporkan hasil EPS dan pendapatan yang melampaui prediksi, didorong oleh hasil perdagangan pendapatan tetap dan perbankan investasi yang kuat.
Saham Goldman Sachs melonjak 6% setelah bank melaporkan hasil yang melampaui ekspektasi untuk pendapatan dan laba bersih pada kuartal sebelumnya, sementara saham Wells Fargo naik lebih dari 6% setelah bank tersebut menyatakan pendapatan bunga bersih akan meningkat 1% hingga 3% pada 2025. Saham Citigroup juga naik 6% setelah perusahaan mengalahkan estimasi kuartal keempat.
"Kami mendapatkan awal yang baik untuk musim pendapatan hari ini. Pendapatan bank sangat penting karena sektor keuangan sangat terkait dengan ekonomi secara umum. Jadi, melihat bank-bank besar ini mencatatkan angka-angka optimis hari ini, saya pikir itu merupakan pertanda baik," kata Larry Tentarelli, kepala ahli strategi teknikal di Blue Chip Daily Trend Report.
Kabar baik yang mengejutkan datang dari keputusan Bank Indonesia dan inflasi Amerika Serikat akan menjadi penggerak utama pasar keuangan Indonesia. Pasar saham berpeluang untuk keluar dari level psikologi 7.100 hari ini atau break out dari resisten kuat.
BI Pangkas Suku Bunga
Kabar mengejutkan yang menyenangkan pertama datang dari pengumuman suku bunga BI yang diturunkan.
BI menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% pada hari ini. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan ketika BI menurunkan BI Rate, ini sesuai dengan stance atau pandangan bank sentral 'prostability and progrowth'. Ini pun sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menilai keputusan ini sudah sesuai dengan dinamika yang ada.
"Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika yang terjadi di global dan internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan," kata Perry, dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).
Perry pun mengatakan dinamika yang dipantau BI mencakup dinamika global dan dalam negeri. BI, katanya, sudah memperhatikan arah kejelasan kebijakan yang terutama ditempuh pemerintah AS dan Fed Fund Rate (FFR).
Perry mengatakan penurunan FFR pada tahun diyakini hanya sebanyak satu kali. Dari arah ini, BI bisa memperkirakan arah pergerakan dolar indeks (DXY).
"Bukan kami menunggu semuanya jelas tapi kan pengambilan keputusan harus menunggu kepastian, meski belum jelas-jelas banget," paparnya.
Kedua, dari sisi domestik, BI mencermati bahwa inflasi dalam negeri cukup rendah dan akan tetap rendah ke depannya. Dengan inflasi rendah, maka ruang penurunan suku bunga terbuka ke depannya.
Selain itu, BI yakin nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.
"Dan kami menakar nilai tukar itu sejalan dengan nilai fundamentalnya. Skenario nilai tukar sekarang dan ke depan konsistensi dengan pengendalian inflasi," ujar Perry.
Pertimbangan terakhir, kata Perry, adalah data survei ekonomi BI. BI melihat ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada tahun ini. Pelemahan ini telah muncul sejak kuartal IV-2024 yang diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan.
"(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih rendah dari 5% tapi di atas 5 ,1%. Tahun 2025, yang titik tengahnya 5,2% itu lebih rendah jadi 4,7%-5,5%. Jadi ini timing untuk penurunan suku bunga untuk menciptakan growth story yang lebih baik," ungkapnya.
Suku bunga BI yang turun membuat saham perbankan berkapitalisasi besar menguat tajam pada perdagangan kemarin.
Inflasi Inti AS Mengejutkan Turun
Pejabat Federal Reserve menyatakan bahwa data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan inflasi di AS terus mereda, meskipun mereka mencatat adanya ketidakpastian yang meningkat dalam beberapa bulan mendatang karena mereka menunggu kebijakan awal dari pemerintahan baru Presiden Trump.
Laporan akhir Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk tahun 2024, yang sekaligus menutup pemerintahan Biden dan perjuangannya melawan lonjakan harga akibat pandemi, menunjukkan bahwa kenaikan harga, kecuali untuk makanan dan energi, mereda menjadi 3,2% pada bulan Desember dari 3,3% pada bulan sebelumnya.
Meskipun inflasi utama sedikit meningkat, ukuran inti yang disebut "core CPI" dianggap sebagai indikator yang lebih baik dari tekanan harga yang mendasari. Dengan laju inflasi di sektor perumahan yang menurun secara signifikan, para ekonom memperkirakan laporan mendatang tentang Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) untuk bulan Desember akan melemah, bahkan mungkin turun di bawah target 2% yang ditetapkan oleh Fed.
PCE digunakan sebagai acuan target inflasi oleh bank sentral, dan pejabat Fed memperkirakan pelambatan yang signifikan dalam beberapa bulan pertama tahun ini.
Laporan CPI Desember "melanjutkan tren yang telah kita saksikan, yaitu bahwa inflasi bergerak turun menuju target," kata Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, kepada wartawan di sebuah acara Kamar Dagang Maryland.
"Proses disinflasi tetap berjalan," kata Presiden Fed New York, John Williams, dalam pernyataan yang disiapkan untuk sebuah acara di Connecticut.
Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 4,25%-4,50% pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 28-29 Januari, setelah menurunkannya sebesar satu poin persentase penuh dalam tiga pertemuan terakhir tahun 2024.
Gencatan Senjata Gaza Deal!
Mediator Qatar mengatakan Rabu bahwa Israel dan Hamas telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata di Gaza mulai Minggu. Pertukaran sandera dan tahanan setelah 15 bulan perang akan dilakukan. Sebanyak 33 sandera Israel akan dibebaskan pada tahap pertama perjanjian. Perjanjian gencatan senjata itu bahkan disebut bisa menjadi perdamaian permanen.
"Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan tentang tahanan dan pertukaran sandera, dan (para mediator) mengumumkan gencatan senjata dengan harapan mencapai gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak," kata kata Perdana Menteri (PM) Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, dikutip AFP, Kamis (16/1/2025).
"Kami berharap ini akan menjadi halaman terakhir perang, dan kami berharap semua pihak akan berkomitmen untuk melaksanakan semua ketentuan perjanjian ini," tegasnya.
Lebih lanjut, ujarnya, mediator bersama yakni Qatar, AS, dan Mesir akan memantau kesepakatan gencatan senjata melalui badan yang berpusat di Kairo. Ia mendesak "ketenangan" di Gaza sebelum kesepakatan tersebut mulai berlaku.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
Pertumbuhan Ekonomi Inggris (pukul 14.00 WIB)
Penjualan ritel AS (pukul 8.30 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini: